Aassalamualaikum wr wb
Kisah yang sudah tidak asing lagi
kita dengar. Menghargai dan menghormati seseorang yang sudah pernah
menceritakan kisah ini, maka saya sampaikan kembali dalam blog ini,
semoga menjadi amal shalih yang terus mengalir kepada beliau dan kita
semua. Aamiin. Jazaakumullah Pa Rahmat…..
Alkisah ada seorang pemuda yang
berperangai buruk, sangat di luar kebiasaan kebanyakan pemuda, selalu
iri dan dengki bahkan tidak jarang tiap hari selalu membuat sakit hati
tetangga dan sahabatnya. Suatu hari, pemuda tersebut dipanggil
oleh ayahnya dan dinasihati atas perbuatan-perbuatan buruknya, lalu sang
ayah memberinya sebuah palu dan satu kantung berisi paku-paku.
“Nak.. mulai hari ini tugasmu menancapkan
paku-paku ini di pintu kamarmu setiap kamu berbuat keburukan terhadap
orang lain, satu paku untuk satu perbuatan buruk…” kata ayahnya.
Pada hari itu didapatinya seratus paku
yang dia tancapkan di pintu kamarnya, lalu di hari kedua ada delapan
puluhan paku yang dia tancapkan, dan semakin hari semakin berkurang paku
yang dia tancapkan, akhirnya dia merasa lelah juga harus menancapkan
paku di pintu kamarnya setiap dia melakukan hal buruk terhadap orang
lain.
Kemudian dia memutuskan, bahwa mulai hari
ini dia akan berusaha menjadi pemuda yang baik, sehingga dia tidak
perlu lagi menancapkan paku-paku itu dipintu kamarnya.
Tibalah pada suatu hari, dimana dia sudah
tidak perlu lagi menancapkan paku-paku itu, dengan bangganya dia
menemui ayahnya, “Ayah… ikutlah denganku, lihatlah pintu kamarku itu,
sekarang aku sudah tidak perlu lagi menancapkan paku-paku ini ke pintu
kamarku..” kata pemuda itu sambil menyerahkan kantung yang berisi
paku-paku yang masih tersisa.
Lalu ayahnya berkata, “Baiklah anakku,
ayah akan merasa bangga bila Sekarang tugasmu adalah mencabut paku-paku
yang tertancap dipintu itu, setiap kamu berbuat baik pada orang lain,
satu paku untuk satu kebaikan…”
Mulailah pada hari itu sang pemuda
mencabut paku tersebut setiap kali dia melakukan kebaikan kepada orang
lain, dan tibalah pada suatu hari, sudah tidak ada lagi paku-paku yang
harus dicabutnya, lalu diapun menemui lagi ayahnya,
“Ayah, kini sudah tidak ada lagi paku yang harus aku cabut di pintu kamarku itu.” dengan bangganya dia bercerita.
Lalu ayahnya mengajaknya untuk melihat
pintu itu bersama-sama, “Anakku, sekarang perhatikan pintu kamarmu,
walaupun sudah tidak berpaku, tapi masih meninggalkan lubang-lubang
kecil dan parutan bekas paku-paku yang kau cabut, artinya walaupun
engkau sudah minta maaf dan berbuat baik terhadap orang yang pernah kamu
sakiti, dan mungkin orang tersebut menerima maafmu, tapi luka di hati
mereka sangat sulit untuk dihilangkan, layaknya lubang bekas tancapan
paku-paku di pintu kamarmu yang sudah tidak bisa pulih seperti sedia
kala.” lanjut sang ayah.
Mengertilah sang pemuda, mengapa setiap orang yang pernah disakitinya sangat sulit memberikan maaf saat dia memintanya.
Hikmah : Kita harus selalu
menjaga lisan dan perbuatan kita agar tidak menyakiti hati orang lain,
istiqomah dalam akhlaq yang mulia adalah keutamaan dalam kehidupan kita,
bukankah Rasulullah SAW diutus oleh Allah tak lain untuk menyempurnakan
Akhlaq manusia. [*]
Wassalamualaikum wr wb
Salam Sahabat Blogger
0 comments :
Post a Comment