Semoga di saat anda membaca tulisan ini,
anda dalam keadaan bahagia. Sehat jasmani dan rohani, sehat lahir dan
batin. Itu semua terjadi karena anda adalah orang yang pandai bersyukur.
Selain anda pandai bersyukur, anda juga pandai mendengar. Dengan pandai
mendengar, anda akan menjadi orang hebat yang disegani dan dikagumi.
Dalam majalah Hidayatullah, Ada
dua hasil dari sikap mendengar yang efektif. Pertama, hubungan baik.
Seorang yang pandai mendengar sangat disukai orang. Ia diterima kelompok
mana saja, karena sikapnya yang tidak sombong dan rendah hati.
Mau
mendengar berarti menghargai orang lain. Mana ada orang yang tidak suka
dihargai? Sebaliknya, mana ada orang yang suka tidak dihargai?
Penghormatan melaui sikap mau mendengar
ini merupakan cermin akhlaqul karimah yang dicontohkan para Nabi. Bahkan
Sulaiman, seorang raja sekaligus nabi, mau mendengar suara semut,
binatang kecil yang oleh manusia diabaikan suaranya.
Kedua, melalui mendengar seorang bisa
belajar. Bagi pembelajar seperti ini, apa pun pembicaraan orang lain
adalah ilmu baginya. Kita harus berterima kasih kepada orang lain yang
mau berbicara. Sebab, melalui pembicaraannya, kita mendapat tambahan
ilmu.
Betapa sering kita mencuri ilmu dari
orang lain dengan cara mendengar. Orang lain barangkali tidak sengaja
mengajari kita, tapi melalui pembicaraannya kita telah mencuri ilmu
darinya. Mencuri yang halal adalah mencuri ilmu melalui mendengar dari
percakapan orang lain.
Lihatlah para pemimpin hebat. Mereka
menjadi hebat karena pandai mendengar. Mereka tak hanya pandai bicara,
tetapi pandai juga mendengar. Pembicara yang baik, adalah pendengar yang
baik. Mereka yang pandai mendengar biasanya akan peka terhadap apa yang
terjadi. Mereka pandai meredam konflik dengan baik. Hal itu didapatkan
seiring dengan kemampuan mendengar yang dimilikinya.
Berkacalah kepada orang yang buta atau
tuna netra. Matanya boleh saja tak melihat, tetapi perhatikan
telinganya. Dia mampu melihat dari apa yang didengarnya. Biasanya
pendengaran mereka sangat terlatih dan bisa mengetahui dengan cepat
siapa orang yang berada di depannya. Suara orang itu langsung masuk
kedalam memori ingatannya. Itulah salah satu kehebatan orang buta.
Mereka jadikan pendengarannya seperti kedua mata yang siap melihat
indahnya dunia.
Begitu juga dengan kita yang diberikan
panca indera yang lengkap. Seharusnya kemampuan mendengar kita harus
lebih diasah. Kita harus banyak mendengar ketimbang berbicara. Dua daun
telinga yang menempel di kepala dan satu mulut di bawah hidung adalah
bukti fisik dimana manusia diminta untuk lebih banyak mendengar
ketimbang berbicara. Oleh karena itu, jadilah orang yang pandai
mendengar. Dengan pandai mendengar, anda akan menjadi orang yang
bijaksana.
Ketika saya mengikuti shalat Jum'at beberapa pekan yang lalu, saya dapatkan ceramah
tentang pentingnya kemampuan mendengar. Penceramah mengingatkan kepada jemaahnya untuk lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Kemampuan ini seringkali terabaikan dan banyak manusia yang lebih banyak
ingin didengar daripada mendengar. Padahal, bila mereka mau mendengar
lebih banyak, maka akan didapatkan segudang ilmu pengatahuan dari orang
yang berbicara. Apalagi bila orang yang berbicara itu adalah orang yang
berilmu pengetahuan lapang dan sangat mumpuni di bidangnya. Pastilah
orang yang mendengarnya akan mendapatkan pengetahuan yang sangat
bermanfaat dari orang yang berilmu pengetahuan itu.
Cobalah ingat ketika kita duduk di
bangku sekolah. Perhatikan murid-murid yang memiliki kemampuan
mendengar. Mereka yang lebih banyak mendengar, biasanya akan jauh lebih
sukses hidupnya daripada mereka yang kurang banyak mendengar. Ketika
guru berbicara, dan murid ikut berbicara dengan temannya, maka
telinganya tak akan fokus mendengarkan apa yang disampaikan oleh
gurunya. Pendengarannya terpecah menjadi dua. Antara mendengarkan guru
berbicara, dan temannya berbicara. Hal inilah yang membuat siswa atau
murid yang kurang mendengarkan akan terasa kurang menguasai materi yang
disampaikan guru. Beda halnya dengan murid yang asyik mendengarkan apa
yang disampaikan oleh guru. Pengalaman saya menjadi guru, membuktikan
akan hal itu. Seringkali saya temui, peserta didik tak mampu mengerjakan
tugas dengan baik karena tak mendengarkan guru berbicara. Peserta didik
kurang pandai menempatkan perasaan dan berimbas kepada dirinya yang tak
pandai mendengar dengan baik.
EndangAbdurrahman menuliskan dalam blognya di sini.Pandai
menempatkan perasaan akan semakin lengkap bila kita juga memiliki
kepandaian dalam hal mendengar. Seringkali konflik terjadi karena kita
tidak memberi kesempatan pada orang lain untuk berbicara, sehingga
kesempatan untuk mendengarpun menjadi tertutup.
Beberapa hal berikut ini mudah-mudahan cukup membantu :
Ciri bahwa diri kita sebagai pendengar yang baik:
- Memandang lawan bicara.
- Bertanya untuk menegaskan pertanyan penting lawan.
- Bertanya perasaan dan keadaan lawan.
- Ulangi sedikit kata-kata yang dibicarakan.
- Berprasangka baik.
- Dengan cepat mengikuti pembicaraan.
- Memperhatikan, tenang dan emosi terkendali.
- Tidak memotong pembicaraan.
- Tidak mengubah pokok pembicaraan yang belum selesai.
Sedangkan ciri bahwa diri kita perlu memperbaiki diri dalam mendengar adalah :
- Selalu mengganggu pembicaraan.
- Melompat ke soal lain yang tidak yambung.
- Memotong pembicaraan.
- Mata mencurigakan dan penampilan buruk.
- Tidak dapat mengambil intisarinya.
- Tidak ada reaksi kala ditanya.
- Tidak bergairah.
- Tidak berkharisma.
Untuk menegaskan kemampuan dan daya tangkap baik, maka tanyakan kepada diri kita :
- Apakah saya telah menjadi pendengar yang baik ?
- Apa saya sudah mampu berkomunikasi ? Maukah mereka mengutarakan masalahnya kepada saya ?
- Maukah saya mendengar dan memberi mereka kesempatan bicara ?
- Adakah perasaan puas ketika saya dapat mengerti keadaan orang lain?
Tanyakanlah kepada dirimu sendiri,
apakah aku sudah menjadi pendengar yang baik? Apakah selama ini kamu
mampu mencerna dengan baik apa yang sudah disampaikan oleh gurumu? Semua
itu berpulang kembali kepada dirimu. Bila engkau ingin jadi orang hebat
dan bijaksana, maka perbaiki dirimu untuk memiliki kemampuan mendengar
dengan baik.
Jadilah orang yang pandai mendengar.
Gunakan telingamu untuk mampu mendengar yang baik. Penulis yang baik
adalah pendengar yang baik. Dari pendengarannya yang terlatih akan muncul
sebuah tema besar yang akan menjadi bahan tulisannya. Para penulis tak
akan pernah kehabisan ide menulis karena kemampuannya mendengar.
Lihatlah para pencari berita. Mereka akan pasang telinganya dengan baik
agar berita yang didapatkan valid dan reliabel. Kemampuan mendengar
menjadi salah satu kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh seorang
penulis.
Salam Sahabat Blogger
0 comments :
Post a Comment