Struktur dan fungsi kulit
Kulit
manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis.
Epidermis dan dermis dapat terikat satu sama lain akibat adanya papilare
dermis dan rabung epidermis.
Epidermis
merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal
yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak
tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain
telapak tangan dan kaki, memiliki rambut).
Selain sel-sel epitel,
epidermis juga tersusun atas lapisan:
- Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.
- Sel
Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum
tulang, yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan
merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel
Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit. - Sel
Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris
dan berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus. - Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam sebagai berikut:
- Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin.
- Stratum
Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang
sangat gepeng, dan sitoplasma terdri atas keratin padat. Antar sel
terdapat desmosom. - Stratum
Granulosum, terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel
terdapat granula lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel,
yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi
asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit. - Stratum
Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum saling
terikat dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk
mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek
abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di
daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki. - Stratum
Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis,
terdiri atas selapis sel kuboid. Pada stratum basal terjadi
aktivitas mitosis, sehingga stratum ini bertanggung jawab dalam
proses pembaharuan sel-sel epidermis secara berkesinambungan. - Dermis,
yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang
bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm
di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas
yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular.
- Stratum
papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri
atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast,
sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh
(ekstravasasi). - Stratum
retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun
atas jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I)
Selain
kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan
epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea
- Rambut,
merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi
epitel epidermis, yaitu folikel rambut. Pada folikel ini terdapat
pelebaran terminal yang berbentuk benjolan pada sebuah papilla
dermis. Papila dermis tersebut mengandung kapiler dan ditutupi oleh
sel-sel yang akan membentuk korteks rambut, kutikula rambut, dan
sarung akar rambut. - Kelenjar keringat, yang terdiri atas kelenjar keringat merokrin dan kelenjar keringat apokrin
- Kelenjar
keringat merokrin, berupa kelenjar tubular sipleks bergelung
dengan saluran bermuara di permukaan kulit. Salurannya tidak
bercabang dan memiliki diameter lebih kecil dari bagian sekresinya
0,4 mm. Terdapat dua macam sel mioepitel yang mengelilingi bagian
sekresinya, yaitu sel gelap yang mengandung granula sekretoris dan sel
terang yang tidak mengandung granula sekretoris. - Kelenjar
keringat apokrin, memiliki ukuran lebih besar (3-5 mm) dari
kelenjar keringat merokrin. Kelenjar ini terbenam di bagian dermis
dan hipodermis, dan duktusnya bermuara ke dalam folikel rambut.
Terdapat di daerah ketiak dan anus.
- Kelenjar
sebacea, yang merupakan kelenjar holokrin, terbenam di bagian
dermis dengan jumlah bervariasi mulai dari seratus hingga sembilan
ratus per centimeter persegi. Sekret dari kelenjar sebacea adalah
sebum, yang tersusun atas campuran lipid meliputi trigliserida,
lilin, squalene, dan kolesterol beserta esternya.
Pada
bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut
jaringan subkutan dan mengandung sel lemak yang bervariasi. Jaringan ini
disebut juga fasia superficial, atau panikulus adiposus. Jaringan ini
mengandung jalinan yang kaya akan pembuluh darah dan pembuluh limfe.
Arteri yang terdapat membentuk dua plexus, satu di antara stratum
papilare dan retikulare, satu lagi di antara dermis dan jaringan
subkutis. Cabang-cabang plexus tersebut mendarahi papila dermis.
Sedangkan vena membentuk tiga plexus, dua berlokasi seperti arteri, satu
lagi di pertengahan dermis. Adapun pembuluh limfe memiliki lokasi sama
dengan pembuluh arteri.
Untuk
mendukung fungsi kulit sebagai penerima stimulus, maka terdapat banyak
ujung saraf, antara lain di epidermis, folikel rambut, kelenjar kutan,
jaringan dermis dan subkutis, serta papila dermis. Ujung saraf ini
tanggap terhadap stimulus seperti rabaan-tekanan, sensasi taktil, suhu
tinggi/rendah, nyeri, gatal, dan sensasi lainnya. Ujung saraf ini
meliputi ujung Ruffini, Vaterpacini, Meissner, dan Krause.
Selain
itu turunan kulit yang lain adalah kuku. Kuku merupakan lempeng sel
epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falang distal. Lempeng
kuku terletak pada stratum korneum, sedangkan dasar kuku terletak pada
stratum basal dan spinosum.
Fungsi kulit
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis
tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi,
absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan
pembentukan vitamin D.
1. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:
-Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan),
panas, dan zat kimia. Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan
tersusun rapi dan erat seperti batu bata di permukaan kulit.
-Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan
kulit dan dehidrasi; selain itu juga mencegah masuknya air dari
lingkungan luar tubuh melalui kulit.
-Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan
rambut dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi
membunuh bakteri di permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan
ekskresi keringat, akan menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5-6.5
yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba.
-Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang
berbahaya. Pada stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen
melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas melindungi materi
genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan
dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka
dapat timbul keganasan.
-Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang
protektif. Yang pertama adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan
antigen terhadap mikroba. Kemudian ada sel fagosit yang bertugas
memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin dan sel Langerhans.
2. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid
seperti vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon
dioksida. Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap
air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.
Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4,
dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti
kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan
antihistamin di tempat peradangan.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat
berlangsung melalui celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar;
tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui
muara kelenjar.
3. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya, yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:
- Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan
melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum
dikeluarkan ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar
sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan
kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol,
protein, dan elektrolig. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri,
melumasi dan memproteksi keratin.
- Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat
keluar dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang
yang bekerja dalam ruangan mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan
bagi orang yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan
air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk mengekskresikan
garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan protein
yaitu amoniak dan urea.
Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin.
-Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara
dan pubis, serta aktif pada usia pubertas dan menghasilkan sekret yang
kental dan bau yang khas. Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada
sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga sel-sel mioepitel yang ada
di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar keringat
apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke
folikel rambut lalu ke permukaan luar.
-Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak
tangan dan kaki. Sekretnya mengandung air, elektrolit, nutrien organik,
dan sampah metabolisme. Kadar pH-nya berkisar 4.0 – 6.8. Fungsi dari
kelenjar keringat merokrin adalah mengatur temperatur permukaan,
mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari agen asing
dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan
dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik.
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis
dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang
terletak di dermis, badan taktil Meissner terletak di papila dermis
berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang
terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan
Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak
jumlahnya di daerah yang erotik.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
melalui dua cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di
pembuluh kapiler. Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan
keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah
(vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh.
Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit
keringat dan mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga
mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.
6. Fungsi pembentukan vitamin D
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi
kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal
lalu memodifikasi prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D
yang aktif. Calcitriol adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi
kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.
Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D sendiri, namun belum memenuhi
kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin D
sistemik masih tetap diperlukan.
Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya
pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.
Keratinisasi kulit
Keratinisasi merupakan suatu proses pembentukan lapisan keratin dari
sel-sel yang membelah. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan
pembelahan, lalu sel basal akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya
menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan
bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang, mengalami
apoptosis dan menjadi sel tanduk yang amorf. Sel-sel yang sudah
mengalami keratinisasi akan meluruh dan digantikan dengan sel di
bawahnya yang baru saja mengalami keratinisasi untuk kemudian meluruh
kembali, begitu seterusnya. Proses ini memakan waktu sekitar empat
minggu untuk epidermis dengan ketebalan 0.1 mm. Apabila kulit di lapisan
terluar tergerus, seperti pada abrasi atau terbakar, maka sel-sel basal
akan membelah lebih cepat. Mekanisme pertumbuhan ini terutama
dipengaruhi oleh hormon epidermal growth factor (EPF).
0 comments :
Post a Comment