Temper tantrum adalah ledakan kemarahan yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa terencana. Pada anak-anak, ini bukan hanya untuk mencari perhatian dari orang dewasa saja. Ketika mengalami tantrum, anak-anak cenderung melampiaskan segala bentuk kemarahannya. Baik itu menangis keras-keras, berteriak, menjerit-jerit, memukul, menggigit, mencubit, dsb.
Normalnya, tantrum (baca: marah-marah) pada anak-anak hanya terjadi sekitar 30 detik sampai 2 menit saja. Tapi, jika kemarahan berlanjut sampai pada tingkat yang membahayakan dirinya atau orang lain, maka ini bisa menjadi hal yang sangat serius.
Temper tantrum biasanya terjadi pada anak usia 1-4 tahun. Meski tidak menutup kemungkinan anak-anak yang lebih tua, bahkan orang dewasa pun pernah mengalami ledakan kemarahan ini. Dan pada dasarnya, marah-marah pada anak-anak usia 1-4 tahun adalah hal yang wajar terjadi bagi usia mereka. Kebanyakan anak-anak mengalami hal ini.
Mengapa harus marah-marah?
Temper tantrum biasa terjadi karena beberapa hal pemicu. Diantaranya adalah:
1. Frustrasi. Jangan dikira hanya orang dewasa saja yang bisa frustrasi. Anak-anak pun mengalami hal ini. Misalnya, anak-anak akan menjadi cepat marah manakala mereka tidak bisa mencapai sesuatu yang sangat mereka inginkan. Dalam artian, mereka gagal. Kegagalan memicu rasa frustrasi, dan akhirnya kemarahan itupun meledak.
2. Lelah. Anak-anak yang kelelahan, akan menjadi mudah marah. Aktivitasnya yang padat dan sedikit waktu bermain akan membuat anak-anak cepat marah dan emosi.
3. Orangtua terlalu mengekang. Sikap orangtua yang terlalu banyak mendikte dan mengekang anak, juga dapat berpengaruh bagi emosinya. Anak-anak yang merasa jenuh dengan kekangan orangtuanya, suatu saat akan mencapai titik puncak kejenuhan. Dan marah-marah adalah salah satu bentuk ledakan tersebut.
4. Sifat dasar anak yang emosional. Beberapa anak mewarisi sifat dasar emosional dari orangtuanya. Mereka ini cenderung tidak sabaran, gampang marah meski karena hal-hal kecil.
5. Keinginan tak dipenuhi. Salah satu kesalahan yang sering kali dilakukan orangtua adalah mereka begitu mudahnya membujuk anak-anak dengan iming-iming. Menangis sedikit, anak dibujuk dengan es krim atau mainan. Nah, akhirnya ini akan menjadi kebiasaan, dan anak-anak mengenali pola ini. Suatu ketika, ia memiliki keinginan akan sesuatu, ia akan menangis dan mengamuk jika keinginan tersebut tidak segera dipenuhi oleh orangtuanya.
Bagaimana mengatasinya?
Mengatasi anak-anak yang sedang mengamuk itu gampang-gampang susah. Penuh dilemma. Tapi, ada beberapa kiat yang bisa kita gunakan untuk mengatasi masalah ini.
1. Cari tahu penyebabnya. Dengan mengetahui penyebab anak-anak mengamuk, kita akan mudah menentukan langkah yang harus kita ambil dalam menghadapi mereka.
2. Jangan ikut emosi. Biasanya, orangtua akan ikut-ikutan menjadi emosi manakala anak mereka mengamuk. Orangtua bisa memukul, mencubit, dsb. Apakah itu solusi? Tidak. Anak-anak bukannya akan belajar mengatasi kemarahan mereka, tapi malah semakin menganggap orangtuanya jahat.
3. Abaikan dan ajari anak mengatasi kemarahannya. Jangan turuti semua hal yang diinginkan pada saat itu juga. Bersikap cuek dan tidak memperdulikan kemarahannya, sebenarnya adalah cara yang sangat jitu untuk membuatnya tahu, bahwa kemarahannya tidak bisa membeli keinginannya. Katakan padanya, bahwa hanya anak-anak yang menyampaikan keinginan dengan cara yang baiklah yang akan mendapatkan keinginannya itu dari Anda. Bukan dengan amukan, tangisan, bahkan berguling-guling. Sikap tegas dan konsistensi Anda dengan sikap ini akan membuatnya berlatih lebih disiplin.
4. Sudut diam. Dalam artian, bukan mengurung anak di kamar mandi atau di gudang. Tidak perlu main kunci pintu atau rantai. Cukup sediakan sebuah kursi yang Anda sebut sebagai kursi diam. Saat mengamuk, dudukkan anak disana, dan ia tidak boleh kemana-mana sampai ia bisa menenangkan diri. Boleh juga meminta anak untuk masuk ke kamarnya sendiri dan menenangkan diri. Ia boleh keluar dan kembali menyapa Anda setelah ia tenang.
Normalnya, memasuki usia 5 tahun, saat anak-anak mulai bersekolah dan bergaul dengan teman sebayanya, mereka telah mulai dapat mengatasi gejolak emosi mereka. Sesekali mungkin marah, tapi, mereka lebih bisa menahan diri. Nah, jika dalam waktu bertahun-tahun di masa sekolah mereka belum juga bisa mengatasi permasalahan ini, ini kemungkinan besar menunjukkan bahwa anak-anak bermasalah dalam emosinya. Bisa jadi, karena kesulitan belajar atau kesulitan bergaul dengan lingkungannya. Dan Anda butuh untuk berkonsultasi pada ahlinya untuk mengatasi masalah ini.
0 comments :
Post a Comment