A. Tujuan
1. Mengukur tekanan darah sistole dan diastole
B. Alat dan bahan
- Tensimeter
- Stetoskop
C. Cara kerja
D. Tabulasi data
No | Nama | Umur | Tekanan sistole/diastole | |
Sebelum lari | Setelah lari | |||
1 | ummah | 20 | 110/70 | 100/50 |
2 | Arini | 20 | 100/50 | 100/60 |
3 | Ana fitri | 20 | 90/60 | 105/70 |
4 | Meita | 20 | 80/50 | 100/70 |
5 | Nuryanti | 20 | 110/70 | 110/70 |
6 | Aulia | 19 | 100/70 | 110/80 |
7 | Elfa | 20 | 90/50 | 100/80 |
E. Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan mengukur tekanan darah sistole dan diastole. Cara kerja yang praktikan lakukan adalah sebagai berikut : melilitkan sabuk tekan yang telah dilengkapi dengan pompa dan sphygmomanometer (tensimeter) pada lengan atas tepatnya diatas sendi siku, meletakkan kepala stetoskop pada bawah sabuk tekan tepat di atas arteri radialis selanjutnya dengarkan suara denyut jantung. pompa sampai menekan lengan dan suara jantung tidak terdengar lagi. setelah itu kendorkan sekrup pengatur pada pompa sedemikan rupa sehingga udara keluar (nggembos) pantau suara jantung dnegan seksama, meletakkan kepala stetoskop pada bawah sabuk tekan tepat di atas arteri radialis selanjutnya dengarkan suara denyut jantung. pompa sampai menekan lengan dan suara jantung tidak terdengar lagi. setelah itu kendorkan sekrup pengatur pada pompa sedemikan rupa sehingga udara keluar (nggembos) pantau suara jantung dnegan seksama, dan melakukan pengukuran ini beberapa kali dengan posisis yang berbeda, misalnya dengan duduk dan berbaring. pada keadaan biasa dan keadaan segera setelah melakukan aktivitas.
Tekanan darah sistole maupun diastole merupakan salah satu indikator parameter fungsi fisiologis terutama untuk manusia. Tekanan darah dapat diukur secara langsung dengan menempatkan alat pengukur pada pembuluh arteri. Pada manusia pengukuran tekanan darah sistole dan diastole dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan sabuk tekan dan sphygmomanometer.
Akibat kontraksi jantung yang terus-menerus dan secara ritmis dalam rangka mensuplai kebutuhan zat-zat yang diperlukan oleh jaringan tubuh, maka timbul tekanan dorongan ke seluruh pembuluh darah terutama arteri (Green, 1973:17). Selain itu, pengaliran darah ke jaringan melalui kapiler diatur oleh oto polos (spincter) yang terdapat pada arteriolae. Apabila jumlah darah yang dipompa oleh jantung dan yang mengalir ke seluruh jaringan tubuh lewat arteriole seimbang, maka tekanan darah diarteri stabil. Akan tetapi jika jumlah darah yang dipompa jantung lebih banyak daripada yang keluar lewat arteriole, maka timbul masalah peningkatan tekanan darah (hipertensi).
Untuk usia dewasa umur 20-24 tahun, tekanan darah normal untuk perempuan adalah sistole 123 dan diastole adalah 76. Sedangkan unyuk laki-laki adalah sistole 116 dan diastole 72. Berdasarkan hasil penghitungan tekanan darah sistole dan diastole pada naracoba, baik dalam keadaan sebelum lari dan sesudah lari. Hasilnya sebagai berikut :
Naracoba 1 : Pada kegiatan sebelum lari, tekanan sistole dan diastole adalah 110/70. Sedangkan nilai sistole dan diastole setelah lari adalah 100/50. Pada naracoba ini terdapat penurunan tekanan darah. Tekanan darah orang dewasa untuk sistole dan diastole adalah 123/76. Jika dibandingkan dengan tekanan tekanan darah normal, tekanan darah naracoba 1 kurang.
Naracoba 2 : Pada kegiatan sebelum lari, tekanan sistole dan diastole adalah 100/50. Sedangkan nilai sistole dan diastole setelah lari adalah 100/60. Pada naracoba ini terdapat kenaikan tekanan darah. Tekanan darah orang dewasa untuk sistole dan diastole adalah 123/76. Jika dibandingkan dengan tekanan tekanan darah normal, tekanan darah naracoba 2 rendah.
Naracoba 3 : Pada kegiatan sebelum lari, tekanan sistole dan diastole adalah 90/60. Sedangkan nilai sistole dan diastole setelah lari adalah 105/70. Pada naracoba ini terdapat kenaikan tekanan darah. Tekanan darah orang dewasa untuk sistole dan diastole adalah 123/76. Jika dibandingkan dengan tekanan tekanan darah normal, tekanan darah naracoba 3 rendah.
Naracoba 4 : Pada kegiatan sebelum lari, tekanan sistole dan diastole adalah 80/50. Sedangkan nilai sistole dan diastole setelah lari adalah 100/70. Pada naracoba ini terdapat kenaikan tekanan darah. Tekanan darah orang dewasa untuk sistole dan diastole adalah 123/76. Jika dibandingkan dengan tekanan tekanan darah normal, tekanan darah naracoba 4 rendah. Tekanan rendah ini bisa menimbulkan sakit seperti pusing dan lemas.
Naracoba 5 : Pada kegiatan sebelum lari, tekanan sistole dan diastole adalah 110/70. Sedangkan nilai sistole dan diastole setelah lari adalah 110/70. Pada naracoba ini tekanan darahnya tetap. Tekanan darah orang dewasa untuk sistole dan diastole adalah 123/76. Jika dibandingkan dengan tekanan tekanan darah normal, tekanan darah naracoba 5 kurang
Naracoba 6 : Pada kegiatan sebelum lari, tekanan sistole dan diastole adalah 100/70. Sedangkan nilai sistole dan diastole setelah lari adalah 100/80. Pada naracoba ini tekanan darahnya meningkat. Tekanan darah orang dewasa untuk sistole dan diastole adalah 123/76. Jika dibandingkan dengan tekanan tekanan darah normal, tekanan darah naracoba 6 normal.
Naracoba 7 : Pada kegiatan sebelum lari, tekanan sistole dan diastole adalah 90/50. Sedangkan nilai sistole dan diastole setelah lari adalah 100/80. Pada naracoba ini tekanan darahnya meningkat. Tekanan darah orang dewasa untuk sistole dan diastole adalah 123/76. Jika dibandingkan dengan tekanan tekanan darah normal, tekanan darah naracoba 7 normal.
Jantung diinervasi (disarafi) oleh saraf otonom yang terdiri atas saraf simpatis dan parasimpatis. Simpatis berperan dalam meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung, sedangkan parasimpatis berperan sebaliknya. Dengan demikian rasangan saraf simpatik akan berakibat meningkatkan tekanan darah, dan sebaliknya rangsangan saraf parasimpatik akan menurunkan tekanan darah.
Vaskuler (pembuluh darah) dapat dikategorikan berdasarkan ukurannya sebagai berikut : aorta, arteri, arteriola, kapiler,venula, vena, dan vena cava. Struktur arteri (vena) tersusun atas lapisan endothel, otot polos, dan jaringan ikat. Struktur arteriola (venula) tersusun atas lapisan endothel dan otot polos. Struktur kapiler tersusun atas lapisan endotel. Hubungan antara arteriola dan venula disebut anastomose arteriovenula ( pembuluh darah shut). Arteriola sebagai pembuluh darah resistan berfungsi mengatur aliran darah dari arteri ke kapiler. Pertukaran zat-zat yang terlarut dalam cairan darah ke jaringan tubuh dan sebaliknya terjadi melalui kapiler. Keistimewaan pembuluh vena adalah adanya katup-katup terutama pada vena di daerah ekstremitas (anggota badan) yang terdiri atas 2 lapisan seminilunaris yang menonjol ke dalam lumen.
Periode dari akhir kontraksi jantung sampai akhir kontraksi berikutnya dinamakan siklus jantung. Tiap-tiap siklus dimulai oleh timbulnya potensial aksi secara spontan pada simpul SA. Simpul ini kira-kira dalam area 0,3 sentimeter persegi dan terletak pada dinding posterior atrium kanan dekat muara vena cava superior. Potensial aksi berjalan dengan cepat melalui berkas A-V ke dalam ventrikel. Akan tetapi, karena susunan khusus sistem sistem penghantar dari atrium ke dalam ventrikel, terdapat perlambatan yang lebih dari 1/10 detik antara jalan impuls jantung dan atrium ke dalam ventrikel. Hal ini memungkinkan atrium berkontraksi mendahului ventrikel, karena itu memompa darah ke dalam ventrikel sebelum kontraksi ventrikel yang sangat kuat. Jadi, atrium bekerja sebagai pompa primer bagi ventrikel, dan ventrikel kemudian menyediakan sumber tenaga utama bagi pergerakan darah melalui sistem vaskuler.
Siklus jantung terdiri atas periode relaksasi yang dinamakan diastole diikuti oleh periode kontraksi yang dinamakan sistole. Berikut adalah penjelasan elektrokardiogram siklus jantung.
Add caption |
Gambar elektrokardiogram siklus jantung
Hubungan elektrokardiogram dengan siklus jantung
Elektrokardiogram pada gambar diatas menunjukkan gelombang P,Q,R,S, dan T. Ini adalah voltase listrik yang ditimbulkan oleh jantung dan dicatat oleh elektrokardigraf dari permukaan tubuh. Gelombang P disebabkan oleh penyebaran depolarisasi melalui atrium dan diikuti oleh kontraksi atrium yang menyebabkan peningkatan ringan dalam kurva atrium tepat setelah gelombang P. Kira-kira 0,16 detik setelah timbulnya gelombang P, gelombang QRS timbul sebagai akibat depolarisasi ventrikel dan memulai kontraksi ventrikel serta menyebabkan tekanan ventikel mulai meningkat. Oleh karena itu, kompleks QRS mulai segera sebelum timbulnya sistole ventrikel.
Akhirnya, ditemukan gelombang T ventrikel pada elektrokardiogram. Gelombang ini menyatakan keadaan repolarisasi ventrikel dimana pada saat ini serabut-serabut otot ventrikel mulai relaksasi. Oleh karena itu, gelombang T terjadi segera sebelum akhir kontraksi ventrikel.
Fungsi atrium sebagai pompa
Darah dalam keadaan normal mengalir terus dari vena-vena besar ke dalam atrium, kira-kira 70% aliran ini langsung mengalir dari atrium ke ventrikel, walaupun atrium belum berkontraksi. Akan tetapi, kemudia, kontraksi atrium menyebabkan pengisian tambahan 30 persen. Oleh karena itu, atrium hanya berfungsi sebagai pompa primer yang meningkatkan efektivitas venrikel sebagai pompa kiraa-kira 30%. Jantung dapat terus bekerja dengan sangat memuaskan dalam keadaan istirahat normal walaupun tanpa 30% tambahan efektvitas karena dalam keadaan normal jantung mempunyai kemampuan lebih dari 300-500% darah yang dibutuhkan oleh tubuh.
Dalam kurva tekanan atrium, tiga peningkatan tekanan ya ng dinamakan gelombang tekanan atrium a,c dan v, selama masing-masing peningkatan tersebut, tekanan atrium akan naik 3-8 mmHg.
Gelombang a disebabkan oleh kontraksi atrium gelombang c terjadi bila ventrikel mulai berkontraksi, dan gelombang ini terutama disebabkan oleh penonjolan katup-katup A-V ke arah atrium karena peningkatan tekanan dalam ventrikel dan tarikan otot atrium oleh ventrikel yang berkontraksi. Gelombang v terjadi menjelang akhir kontraksi ventrikel, gelombang ini akibat dari penambahan darah pada atrium yang lambat waktu katup-katup A-V tertutup selama kontraksi ventrikel.
Fungsi ventrikel sebagai pompa
Selama sistole ventrikel, sejumlah besar darah tertimbun dalam atrium karena katup A-V yang tertutup. Oleh karena itu, tepat setelah sistolik berakhir dan tekanan ventrikel turun kembali sampai ke tekanan diastoliknya yang rendah, tekan pada atrium yang tinggi dengan segera mendorong katup A-V membuka dan memungkinkan darah mengalir dengan cepa ke dalam ventrikel, seperti diperlihatkan oleh kurva volume seperti gambar disebut periode pengisian cepat ventrikel.
Periode pengisian cepat berlangsung kira-kira seperiga pertama diastolik. Selama sepertiga tengah diastolik dalam keadaan normal hanya sedikit darah yang mengalir ke dalam ventrikel, ini adalah darah yang terus masuk ke dalam atrium dari vena-vena dan berjalan melalui atrium langsung ke ventrikel.
Selama sepertiga diastole selanjutnya, atrium berkontraksi dan menambah daya mengalir masuknya darah dalam ventrikel, ini merupakan kira-kira 30% pengisian ventrikel selama setiap kali siklus jantung.
Pengosongan ventrikel selama sistole
a. Periode kontraksi Isomerik (isovolemik)
Bila kontraksi ventrikel mulai, tekanan ventrikel meningkat dengan cepat, seperti pada gambar diatas, menyebabkan katup-katup A-V menutup. Kemudian diperlukan penambahan 0.02-0,03 detik bagi ventrikel untuk meningkatkan tekanan yang cukup untuk mendorong katup semilunaris (aorta dan pulmonal) membuka melawan tekanan dalam aorta dan arteri pulmonalis. Oleh karena itu, selama periode ini, terjadi kontraksi pada ventrikel tetapi tidak terjadi pengosongan. Periode ini dinamakan periode isometrik, arti istilah ini adalah bahwa tegangan dalam otot meningkat tetapi tidak tejadi pemendekan serabut-serabut otot.
b. Periode Ejeksi
Bila tekanan ventrikel kiri meningkat sedikit diatas 80 mmHg, dan tekanan ventrikel kanan sedikit diatas 8 mm Hg, tekanan ventrikel sekarang mendorong membuka katup semilunaris. Segera darah mulai dikeluarkan dari ventrikel, sekitar 60 persen pengosongan terjadi selama seperempat pertama sistole dan biasanya sebagian besar 40% sisanya dikeluarkan selama dua perempat berikutnya. Tiga perempat bagian sistole ini dinamakan periode ejeksi.
c. Protodiastole
Selama seperempat terakhir sistole ventrikel, hampir tidak ada aliran darah dari ventrikel yang masuk ke dalam arteri besar, walaupun otot-otot vebtrikel tetap berkontraksi. Periode ini dinamakan protodiastole. Selama periode ini tekananarteri turun karena darah dalam jumlah besar mengalir dari arteri-arteri ke pembuluh-pembuluh perifer.
d. Periode relaksasi isometrik (isovolemik)
Pada akhir sistole, relaksasi ventrikel mulai dengan tiba-tiba, memungkinkan tekanan dalam ventrikel turun dengan cepat. Peningkatan tekanan dalam arteri lebih besar dengan tiba-tiba mendorong darah kembali ke arah ventrikel, menimbulkan bunyi penutupan karup aorta dan pulmonal yang keras. Selama 0,03-0,06 detik selanjutnya otot ventrikel turun cepat kembali ke tekanan diastole yang sangat rendah. Kemudian katup-katup A-v terbuka, mengawali siklus pompa ventrikel yang baru.
Volume akhir diastole dan akhir sistole ventrikel
Selama diastole, pengisian ventrikel dalam keadaan normal meningkat volume setiap ventrikel sekitar 120-130 ml. Volume ini dikenal sebagai volume akhir diastolik. Kemudian, waktu ventrikel kosong selama sistole, volumenya berkurang seekitar 70 ml, yang dinamakan stroke volume. Volume yang tersisa dalam tiap-tiap ventrikel, kira-kira 50-60 ml dinamakan volume akhir sistole.
Bila jantung berkontraksi dengan kuat, volume akhir sistole dapat turun sampai menjadi 10-30 ml. Sebaliknya, selama diastole bila darah dalam jumlah besar mengalir ke dalam ventrikel, dalam jantung normal volume akhir diastolenya dapat menjadi sebesar 200-250 ml. Dan dengan peningkatan volume akhir diastole dan penurnan volume akhir sistole, isi sekucup dapat meningkat lebih dari dua kali normal.
F. Kesimpulan
Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa, naracoba 1 : Pada kegiatan sebelum lari, tekanan sistole dan diastole adalah 110/70. Sedangkan nilai sistole dan diastole setelah lari adalah 100/50. Naracoba 2 : Pada kegiatan sebelum lari, tekanan sistole dan diastole adalah 100/50. Sedangkan nilai sistole dan diastole setelah lari adalah 100/60. Naracoba 3 : Pada kegiatan sebelum lari, tekanan sistole dan diastole adalah 90/60. Sedangkan nilai sistole dan diastole setelah lari adalah 105/70. Naracoba 4 : Pada kegiatan sebelum lari, tekanan sistole dan diastole adalah 80/50. Sedangkan nilai sistole dan diastole setelah lari adalah 100/70. Naracoba 5 : Pada kegiatan sebelum lari, tekanan sistole dan diastole adalah 110/70. Sedangkan nilai sistole dan diastole setelah lari adalah 110/70. Naracoba 6 : Pada kegiatan sebelum lari, tekanan sistole dan diastole adalah 100/70. Sedangkan nilai sistole dan diastole setelah lari adalah 100/80. Naracoba 7 : Pada kegiatan sebelum lari, tekanan sistole dan diastole adalah 90/50. Sedangkan nilai sistole dan diastole setelah lari adalah 100/80.
G. Daftar pustaka
Nurcahyo, Heru. 2008. Fisiologi Hewan Dasar. Yogyakarta : FMIPA UNY
Nyanyu Syamsiar Nangsan. 1988. Pengantar Fisiologi Manusia. Jakarta : Depdikbud.
0 comments :
Post a Comment