Executive Summary

Potensi Agen Hayati dalam Menghambat Pertumbuhan Phytium sp.

secara In Vitro


 

EXECUTIVE SUMMARY

 

Disusun  Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Biologi Terapan

 

Dosen Pengajar

Dr. Yohanes Edy Gunawan, M.Si

 


 

OLEH

SULIYANSYAH

ACD. 110 129

KELAS A (PGBI)

 

 

 

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

2012
















EXECUTIVE SUMMARY DARI JURNAL

 

 

Potensi Agen Hayati dalam Menghambat Pertumbuhan Phytium sp.

secara In Vitro

 

Liza Octriana

Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Jl. Raya Solok Aripan Km. 8 PO Box 5, Solok 27301

Telp. (0755) 20137; Faks. (0755) 20592; *E-mail: lizaoctriana@ymail.com

 

Diajukan: 29 Juli 2011; Diterima: 15 November 2011

 

Nama penulis, Tahun dan Judul jurnal

Tujuan Artikel Jurnal

Metode Peneltian

Hasil Studi Penelitian

Liza Octriana

 

Diajukan: 29 Juli 2011; Diterima: 15 November 2011

 

Potensi Agen Hayati dalam Menghambat Pertumbuhan Phytium sp.  secara In Vitro

 

Penelitian bertujuan untuk menguji potensi beberapa cendawan antagonis hasil isolasi dari media pembibitan durian dalam menghambat pertumbuhan Phytium sp.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok pada bulan Juli-September 2009. Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan.

Pengujian daya antagonis cendawan dilakukan dengan metode dual culture yang diinokulasikan pada media PDA.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gliocladium sp., Trichoderma sp.a, Trichoderma sp.b., Aspergilus sp., dan Penicillium sp. Dapat  menghambat pertumbuhan Phytium sp. secara in vitro, dengan daya hambat masing-masing 50; 49,5; 47; 48; dan

38,3% secara berurutan.

 

Mekanisme antagonis Gliocladium sp. Dan Trichoderma sp. adalah kompetisi, antibiosis, lisis, dan parasitisme, sedangkan Penicillium sp. hanya bersifat antibiosis. Gliocladium sp., Trichoderma sp., Aspergilus sp., dan Penicillium sp. Dapat digunakan sebagai agen hayati untuk mengendalikan cendawan patogen Phytium sp.

 

 

Uraikan Penjelasan  Tersebut Secara Deskriftif

 

Liza Octriana  (2009), dalam artikelnya yang berjudul Potensi Agen Hayati dalam Menghambat Pertumbuhan Phytium sp.  secara In Vitro” menjelaskan bagaimana menguji potensi beberapa cendawan antagonis hasil isolasi dari media pembibitan durian dalam menghambat pertumbuhan Phytium sp.

Berdasarkan tujuan penelitian Liza Octriana tersebut, menyatakan bahwa tujuan penelitian itu adalah untuk menguji potensi beberapa cendawan Antagonis. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)  dengan 1 Faktor yaitu cendawan antagonis, yang terdiri dari (perlakuan) t = 5 dan (ulangan) r = 4. Pengujian daya antagonis cendawan dilakukan dengan metode dual culture yang diinokulasikan pada media PDA.

 

Hasil Pengamatan Mekanisme Antagonis

 

1.      Trichoderma sp. dan Gliocladium sp.

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. Yang diuji juga bersifat lisis dan parasitisme. Mekanisme lisis ditandai dengan berubahnya warna hifa cendawan patogen menjadi bening dan kosong, kemudian ada yang putus, dan akhirnya hancur. Konidia cendawan antagonis dapat menyerang hifa cendawan patogen bahkan ada yang mampu menembus hifa cendawan patogen kemudian memanfaatkan isi sel untuk nutrisi cendawan antagonis (Talanca, 2005).

Hifa cendawan antagonis dapat membuat pautan atau lilitan terhadap hifa cendawan patogen sehingga hifa patogen putus-putus dan hancur. Trichoderma sp. mempunyai kemampuan sebagai parasit dan bersifat antibiosis karena menghasilkan enzim yang secara aktif mendegradasi sel-sel patogen, sehingga menyebabkan lisisnya sel-sel cendawan patogen dan mengeluarkan trikotoksin yang dapat mematikan cendawan patogen (Saragih et al., 2006; Liswarni et al., 2007).

Djatnika (2010) menyatakan bahwa Trichoderma menekan pathogen dengan empat mekanisme, yaitu dihasilkannya chitinase, beta 1,3 glukanase, mikoparasit, dan kompetisi penggunaan nitrogen dan karbon.  Sedangkan Gliocladium sp. menghasilkan senyawa gliovirin dan viridin sehingga dapat menghambat pertumbuhan Phytium sp.

2.      Aspergilus sp.

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa Aspergilus sp. tumbuh cepat berkompetisi dalam memperebutkan ruang dan makanan dengan Phytium sp. dan bersifat antibiosis membentuk zona bening antara Aspergilus sp. dan Phytium sp. Sehingga menghambat pertumbuhan cendawan pathogen Phytium sp.

3.      Penicillium sp.

Sedangkan Penicillium sp. tumbuh lambat hampir sama dengan cendawan pathogen Phytium sp., tetapi bersifat antibiosis menghasilkan senyawa berwarna merah bata yang menghalangi pertumbuhan Phytium sp.

 

 

 

Hasil penelitian menyatakan bahwa :

1.      Gliocladium sp., Trichoderma sp.a, Trichoderma sp.b., Aspergilus sp., dan Penicillium sp. dapat menghambat pertumbuhan Phytium sp. secara in vitro, dengan daya hambat masing-masing 50; 49,5; 47; 48; dan 38,3% secara berurutan.

2.      Mekanisme antagonis Gliocladium sp. dan Trichoderma sp. adalah kompetisi, antibiosis, lisis, dan parasitisme, sedangkan Penicillium sp. hanya bersifat antibiosis.

3.      Gliocladium sp., Trichoderma sp., Aspergilus sp., dan Penicillium sp. dapat digunakan sebagai agen hayati untuk mengendalikan cendawan patogen Phytium sp.

Kesimpulan Dan Saran

Selanjutnya kesimpulan dan saran dari penelitian ini adalah Gliocladium sp., Trichoderma sp., Penicillium sp., dan Aspergilus sp. yang diuji berpotensi digunakan sebagai agen hayati untuk mengendalikan cendawan patogen Phytium sp. Daya hambat Gliocladium sp., Trichoderma sp., dan Aspergilus sp. yang diuji dalam menghambat pertumbuhan Phytium sp. secara invitro lebih baik dibandingkan dengan Penicillium sp. Mekanisme antagonis Gliocladium sp. dan Trichoderma sp. adalah kompetisi, antibiosis, lisis, dan parasitisme, sedangkan Penicillium hanya bersifat antibiosis.

 



0 comments :

Post a Comment