Apakah Aku Sudah Menjadi Pendengar Yang Baik?

Filled under:

Semoga di saat anda membaca tulisan ini, anda dalam keadaan bahagia. Sehat jasmani dan rohani, sehat lahir dan batin. Itu semua terjadi karena anda adalah orang yang pandai bersyukur. Selain anda pandai bersyukur, anda juga pandai mendengar. Dengan pandai mendengar, anda akan menjadi orang hebat yang disegani dan dikagumi.

Dalam majalah Hidayatullah, Ada dua hasil dari sikap mendengar yang efektif. Pertama, hubungan baik. Seorang yang pandai mendengar sangat disukai orang. Ia diterima kelompok mana saja, karena sikapnya yang tidak sombong dan rendah hati.

Mau mendengar berarti menghargai orang lain. Mana ada orang yang tidak suka dihargai? Sebaliknya, mana ada orang yang suka tidak dihargai?

Penghormatan melaui sikap mau mendengar ini merupakan cermin akhlaqul karimah yang dicontohkan para Nabi. Bahkan Sulaiman, seorang raja sekaligus nabi, mau mendengar suara semut, binatang kecil yang oleh manusia diabaikan suaranya.

Kedua, melalui mendengar seorang bisa belajar. Bagi pembelajar seperti ini, apa pun pembicaraan orang lain adalah ilmu baginya. Kita harus berterima kasih kepada orang lain yang mau berbicara. Sebab, melalui pembicaraannya, kita mendapat tambahan ilmu.

Betapa sering kita mencuri ilmu dari orang lain dengan cara mendengar. Orang lain barangkali tidak sengaja mengajari kita, tapi melalui pembicaraannya kita telah mencuri ilmu darinya. Mencuri yang halal adalah mencuri ilmu melalui mendengar dari percakapan orang lain.

Lihatlah para pemimpin hebat. Mereka menjadi hebat karena pandai mendengar. Mereka tak hanya pandai bicara, tetapi pandai juga mendengar. Pembicara yang baik, adalah pendengar yang baik. Mereka yang pandai mendengar biasanya akan peka terhadap apa yang terjadi. Mereka pandai meredam konflik dengan baik. Hal itu didapatkan seiring dengan kemampuan mendengar yang dimilikinya.

Berkacalah kepada orang yang buta atau tuna netra. Matanya boleh saja tak melihat, tetapi perhatikan telinganya. Dia mampu melihat dari apa yang didengarnya. Biasanya pendengaran mereka sangat terlatih dan bisa mengetahui dengan cepat siapa orang yang berada di depannya. Suara orang itu langsung masuk kedalam memori ingatannya. Itulah salah satu kehebatan orang buta. Mereka jadikan pendengarannya seperti kedua mata yang siap melihat indahnya dunia.

Begitu juga dengan kita yang diberikan panca indera yang lengkap. Seharusnya kemampuan mendengar kita harus lebih diasah. Kita harus banyak mendengar ketimbang berbicara. Dua daun telinga yang menempel di kepala dan satu mulut di bawah hidung adalah bukti fisik dimana manusia diminta untuk lebih banyak mendengar ketimbang berbicara. Oleh karena itu, jadilah orang yang pandai mendengar. Dengan pandai mendengar, anda akan menjadi orang yang bijaksana.

Ketika saya mengikuti shalat Jum'at beberapa pekan yang lalu, saya dapatkan ceramah tentang pentingnya kemampuan mendengar. Penceramah mengingatkan kepada jemaahnya untuk lebih banyak mendengar daripada berbicara. Kemampuan ini seringkali terabaikan dan banyak manusia yang lebih banyak ingin didengar daripada mendengar. Padahal, bila mereka mau mendengar lebih banyak, maka akan didapatkan segudang ilmu pengatahuan dari orang yang berbicara. Apalagi bila orang yang berbicara itu adalah orang yang berilmu pengetahuan lapang dan sangat mumpuni di bidangnya. Pastilah orang yang mendengarnya akan mendapatkan pengetahuan yang sangat bermanfaat dari orang yang berilmu pengetahuan itu.

Cobalah ingat ketika kita duduk di bangku sekolah. Perhatikan murid-murid yang memiliki kemampuan mendengar. Mereka yang lebih banyak mendengar, biasanya akan jauh lebih sukses hidupnya daripada mereka yang kurang banyak mendengar. Ketika guru berbicara, dan murid ikut berbicara dengan temannya, maka telinganya tak akan fokus mendengarkan apa yang disampaikan oleh gurunya. Pendengarannya terpecah menjadi dua. Antara mendengarkan guru berbicara, dan temannya berbicara. Hal inilah yang membuat siswa atau murid yang kurang mendengarkan akan terasa kurang menguasai materi yang disampaikan guru. Beda halnya dengan murid yang asyik mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Pengalaman saya menjadi guru, membuktikan akan hal itu. Seringkali saya temui, peserta didik tak mampu mengerjakan tugas dengan baik karena tak mendengarkan guru berbicara. Peserta didik kurang pandai menempatkan perasaan dan berimbas kepada dirinya yang tak pandai mendengar dengan baik.

EndangAbdurrahman menuliskan dalam blognya di sini.Pandai menempatkan perasaan akan semakin lengkap bila kita juga memiliki kepandaian dalam hal mendengar. Seringkali konflik terjadi karena kita tidak memberi kesempatan pada orang lain untuk berbicara, sehingga kesempatan untuk mendengarpun menjadi tertutup.

Beberapa hal berikut ini mudah-mudahan cukup membantu :
Ciri bahwa diri kita sebagai pendengar yang baik:
  1. Memandang lawan bicara.
  2. Bertanya untuk menegaskan pertanyan penting lawan.
  3. Bertanya perasaan dan keadaan lawan.
  4. Ulangi sedikit kata-kata yang dibicarakan.
  5. Berprasangka baik.
  6. Dengan cepat mengikuti pembicaraan.
  7. Memperhatikan, tenang dan emosi terkendali.
  8. Tidak memotong pembicaraan.
  9. Tidak mengubah pokok pembicaraan yang belum selesai.
Sedangkan ciri bahwa diri kita perlu memperbaiki diri dalam mendengar adalah :
  1. Selalu mengganggu pembicaraan.
  2. Melompat ke soal lain yang tidak yambung.
  3. Memotong pembicaraan.
  4. Mata mencurigakan dan penampilan buruk.
  5. Tidak dapat mengambil intisarinya.
  6. Tidak ada reaksi kala ditanya.
  7. Tidak bergairah.
  8. Tidak berkharisma.
Untuk menegaskan kemampuan dan daya tangkap baik, maka tanyakan kepada diri kita :
  1. Apakah saya telah menjadi pendengar yang baik ?
  2. Apa saya sudah mampu berkomunikasi ? Maukah mereka mengutarakan masalahnya kepada saya ?
  3. Maukah saya mendengar dan memberi mereka kesempatan bicara ?
  4. Adakah perasaan puas ketika saya dapat mengerti keadaan orang lain?
Tanyakanlah kepada dirimu sendiri, apakah aku sudah menjadi pendengar yang baik? Apakah selama ini kamu mampu mencerna dengan baik apa yang sudah disampaikan oleh gurumu? Semua itu berpulang kembali kepada dirimu. Bila engkau ingin jadi orang hebat dan bijaksana, maka perbaiki dirimu untuk memiliki kemampuan mendengar dengan baik.

Jadilah orang yang pandai mendengar. Gunakan telingamu untuk mampu mendengar yang baik. Penulis yang baik adalah pendengar yang baik. Dari pendengarannya yang terlatih akan muncul sebuah tema besar yang akan menjadi bahan tulisannya. Para penulis tak akan pernah kehabisan ide menulis karena kemampuannya mendengar. Lihatlah para pencari berita. Mereka akan pasang telinganya dengan baik agar berita yang didapatkan valid dan reliabel. Kemampuan mendengar menjadi salah satu kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh seorang penulis.

Salam Sahabat Blogger

0 comments :

Post a Comment