Macam- Macam Pengolahan Lahan

Filled under:




Dalam sejarah hidup manusia dari
tahun ketahun mengalami perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan
bahan makanan pokok. Hal ini dibuktikan dibeberapa daerah yang semula makanan
pokoknya ketela, sagu, jagung akhimya beralih makan nasi. Di Indonesia
yang  sebagian masyarakatnya bermata
pencaharian sebagai petanipun turut mengalami perubahan yang terus meningkat,
dimulai dengan penyiapan lahan sampai pasca panen.

Tentunya untuk mendapatkan
hasil panen yang melimpah diperlukan cara-cara dalam merawat dan mengolah
lahan, serta perlunya bibit yang unggul. Awal pengolahan merupakan salah satu
hal yang penting, karena merupakan pondasi awal sebelum melakukan kegiatan
bercocok tanam. Dengan pengolahan lahan yang 
baik maka akan diharapkan kondisi tanah menjadi lebih baik. Ditinjau
dari tingkat erosi tanah hingga keadaan topografi tanah.
 

Lahan
adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnyaterhadap
perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisis meliputi relief
(topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan,
tumbuhan, dan
manusia.Setiap kegiatan pertanian pasti membutuhkan pengolahan lahan.
Pengolahan lahan bertujuan mengubah keadaan lahan
pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan lahan ( struktur tanah
) yang dikehendaki oleh tanaman.

Setiap upaya pengolahan lahan akan menyebabkan
terjadinya perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat
ditentukan oleh cara atau metode pengolahan tanah. Perubahan sifat tanah akibat
pengolahan tanah juga berhubungan dengan seringnya tanah dalam keadaan terbuka,
terutama antara 2 musim tanam, sehingga menjadi lebih riskan terhadap, erosi,
dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah. Metode  atau cara
pengolahan lahan dibagi
menjadi dua yaitu secara tradisional (konvensional), dan secara modern.



Metode Pengolahan Lahan



1.   Pengolahan Lahan Secara Konvensional


Pengolahan
lahan dengan metode konvensional biasanya dilakukan untuk lahan lahan yang
sempit dan memiliki kemiringan tertentu.  Metode ini biasanya banyak dilakukan di
lingkungan pedesaan yang sebagian masyarakat banyak menggunakan lahannya sebagai
lahan persawahan dan tanaman sayuran. Kelebihan dari metode ini yaitu tidak
dibutuhkan modal yang cukup besar, karena dilakukan oleh tenaga manual dan
biasannya dilakukan secara gotong royong. Tetapi pengolahan lahan dengan system
ini banyak menagalami kekurangan, diantaranya membutuhkan waktu  yang lama dalam pengerjaannya.



2.     
 Pengolahan
Lahan Secara Modern


Pengolahan
lahan dengan  cara modern biasanya banyak
dilakukan untuk tanaman tanaman perkebunan dan memiliki lahan yang luas.
Pengolahan lahan dengan cara ini biasannya menggunakan mesin. Pengolahan lahan
dengan sistem  ini memiliki kelebihan
diantaranya lebih cepat dalam proses pengerjaan, serta dapat menghemat waktu
penanaman. Kekurangan dari system ini yaitu dibutuhkannya modal yang besar
dalam pengupayaannya.



Macam-macam System Pegolahan Lahan



1. Pengolahan Lahan
Sempurna


Pengolahan
lahan secara sempurna yaitu pengolahan lahan yang meliputi seluruh kegiatan
pengolahan lahan. Dimulai dari awal pembukaan lahan hingga lahan siap untuk
ditanami, meliputi pembajakan, pemupukan dan rotary.



2.  Olah Lahan Minimum.


Pegolahan
lahan dengan olah tanah minimum hanya meliputi pembajakan( tanah diolah,
dibalik, kemudian tanah diratakan). Pada pengolahan tanah ini biasanya banyak
dilakukan untuk lahan persawahan.



3. Tanpa Olah
Tanah(TOT)


Pengolahan
lahan pada system ini hanya meliputi penye,protan guna membunuh atau
menghilangkan gulma pada lahan, kemudian ditungg hingga gulma mati dan lahan
siap untuk ditanami. Pada pengolahan lahan ini biasanya digunakan sisti tajuk
dalam proses penanamannya.





Pengolahan
lahan juga tentunya harus memperhatikan topografi dan kontur keadaan lahan.
Semakin curam keadaan maka akan semakin besar tingkat erosi yang terjadi. Jika
tingkat erosi semakin besar maka humus dan zat hara dalam tanah akan semakain
banyak hilang.

Berikut adalah tingkat kecuraman dan sifat tanah :


1.  Hampir Datar


Pada 
topografi ini tanah memiliki sifat diantaranya  pengairan baik, mudah diolah ancaman erosi
kecil, , tidak terancam banjir. kemampuan menahan air baik, subur, dan respon
terhadap pupuk. Pada lahan seperti ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai
lahan pertanian



2.  Lereng Landai                             


Pada topografi tanah seperti ini memiliki
sifat diantaranya struktur tanah kurang baik, ada ancaman erosi, pengolahan
harus hati-hati,



3. 
Lereng Miring


Pada topografi tanah seperti ini
memiliki sifat diantaranya baik ditanami untuk tanaman semusim mudah tererosi
bergelombang tanahnya padas, kemampuan menahan air rendah.



4. Lereng Miring dan Berbukit


Pada topografi tanah seperti ini
memiliki sifat diantaranya lapisan tanah tipis, kemampuan menahan air rendah  sangat mudah tererosi dan, sering banjir.
kandungan garam natrium tinggi



5. Datar


Pada topografi tanah seperti ini
memiliki sifat diantaranya tidak cocok untuk pertanian, selalu tergenang air dan
tanahnya berbatu-batu



6.. Lereng Agak  Curam


Pada topografi tanah seperti ini
memiliki sifat diantaranya tanah berbatu-batu, erosi kuat, tidakcocok untuk pertanian.



7. Lereng Curam


Pada topografi tanah seperti ini
memiliki sifat diantaranya tanah berbatu, erosi sangat kuat, perakaran sangat
dangkal, hanya  untuk  padang rumput



8. Lereng Sangat Curam


Pada topografi tanah seperti ini
memiliki sifat diantaranya berbatu dan kemampuan menahan air sangat rendah  tidak cocok untuk pertanian, lebih sesuai
dibiarkan (alami)






DAFTAR
PUSTAKA





Pardede,
James P. 2009. Diversifikasi dan Sentuhan Teknologi Salah Satu Upaya
 untuk SejahterakanPetani
.
http://japarde.multiply.com.


Rahayu, Subekti.  2004. Pertanian Ekologis:
Keuntungan dan
Kendalanya.
    ICRAF-SEA:


Rachmat
Kusnadi, Muhammad Oding Rosidi, Sutomo, Geografi SMU I, Bandung:
Grafindo
Media Pratama, 1997.





S.
Machmudi Alimin, Geografi SMU I, Bandung: Armico, 1994.


Sumadi
Sutrijat, Geografi I, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1999.

0 comments :

Post a Comment