Mikroorganisme merupakan bagian komponen biologis, dimana komposisi dan ukurannya tergantung dari kondisi fisik dan kimiawi. Bakteri dan fungi berdistribusi hampir pada semua air, namun memiliki jumlah dan jenis yang berbeda-beda antara sungai, danau dan laut. Bakteri dan fungi heterofilik dapat hidup hanya dengan mengggunakan bahan-bahan organik, baik yang disintesis dan diresintesis oleh organisme yang lain dalam mendapatkan nutriennya.
Distribusi mikroorganisme dalam air merupakan hasil dari interaksi semua faktor biotik dan faktor abiotik. Tipe air seperti sungai, danau, dan laut juga mempengaruhi distribusi dari bakteri dan fungi (Waluyo, 2009).
a) Distribusi pada Mata Air dan Sungai
Hanya sedikit bekteri yang ditemukan dalam mata air, karena nutriennya sedikit. Jumlah total bakteri berkisar dari ratusan hingga ribuan per mililiter dan jumlah saprofit umumnya antara 10 sampai beberapa ribu. Hal ini karena mata air mengandung konsentrasi nutrien yang rendah, dan biasanya terdapat bakteri yang sangat kecil berbentuk kokus dan batang pendek bila dilihat dengan mikroskop cahaya. Pada beberapa mata air, khususnya pada tepi mata air, Cyanophyta juga ditemukan. Komposisi spesies tergantung pada temperatur dan mineral. Synechococcus lividus ditemukan pada sumber air panas di Taman Nasional Yellowstone pada suhu 73-74oC. Biomassa terbesar juga ditemukan pada sumber mata air panas Hunter di Oregon, Amerika Serikat. Disamping itu juga ditemukan lapisan bakteri fototropik. Pada temperatur di bawah 53oC Oscillatoria terebriformis juga dapat berkembang, dan pada suhu 47-48oC digantikan oleh Pleurocapsa dan Calothrix. Di Islandia dan Selandia Baru, Mastigicladus laminosus ditemukan pada suhu 63-64oC. Temperatur ini menunjukkan batas teratas untuk kehidupan tumbuhan hijau. Pada sumber mata air panas di atas suhu 50oC hanya bakteri dan Cyanophyta yang dapat hidup. Jadi pada lingkungan tersebut hanya prokariot yang dapat hidup.
Jumlah bakteri saprofit di sungai dan mata air tergantung dari musim. Pada musim panas dan musim dingin akan memiliki jumlah yang berbeda dan mengalami fluktuasi. Jumlah bakteri tertinggi pernah dihitung selama musim dingin dengan keadaan temperatur rendah dengan nutrisi yang didapatkan dari limbah. Jumlah yeast di sungai meningkat karena limbah yang dibuang ke sungai cukup besar. Pada arus air yang jernih yeast jarang ditemukan. Spora-spora jamur tingkat tinggi secara melimpah berada di sungai dan merupakan bagian penting dari peningkatan limbah. Sedangkan komposisi populasi fungi tingkat rendah tergantung dari jumlah bahan organik yang masuk.
b) Distribusi pada Danau
Jumlah bakteri saprofit di danau tergantung dari tipe danau. Pada danau tipe oligotrofik berbeda dengan tipe danau mesotrofik, danau eutrofik, dan distrofik. Jumlah terbesar biasanya pada tipe danau eutrofik. Pada danau yang jernih jumlah tertinggi bakteri pada saat jumlah nutrien fitoplankton diproduksi paling tinggi. Distribusi vertikal bakteri tergantung dari perbedaan musim. Selama musim panas yang paling berkembang adalah alga dan bakteri. Tidak hanya jumlah total bakteri pada berbagai zona yang berbeda tetapi juga komposisi dari spesiesnya. Bakteri heterotrofik mencapai jumlah maksimum bila berada dalam zona termoklin dan yang kedua di atas dasar danau.
Distribusi mikroba pada danau mesotrofik dipengaruhi oleh persediaan oksigen. Bakteri Metallogenium personatum ditemukan pada lapisan 10 meter dari permukaan. Pada kedalaman 10,75 meter, dimana H2S selalu ada maka bakteri sulfur seperti Rhodothece conspicua dan Thiocapsa sp. mencapai jumlah maksimum. Bakteri sulfur hijau, misalnyaPelodictyon luteolum di bawah kedalaman 11-11,5 meter menjadi paling dominan jumlahnya. Sejumlah bakteri coklat Chlorochromatium dan Pelodictyon roseoviride juga didapatkan pada kedalaman 11-12 meter. Bakteri Peloploca pulchra didapatkan pada kedalaman 13,0-22,5 meter. Jumlah terbesar bakteri fotototrof yang pernah diobservasi di danau eutrofik bergaram adalah 48 juta per ml, dan pada danau oligotrofik air tawar mencapai 3,5 juta per ml.
Cyanophyta tersebar luas dalam danau perairan dalam. Pada danau oligotrofik, fitoplankton ini tergolong sangat kecil. Proses peningkatan dengan cara eutrofikasi. Dalam danau eutrofik, Cyanophyta terdapat pada musim panas dan nampak warna kehijauan pada air. Hal ini terjadi pada lapisan sekitar 1-2 meter. Peningkatan eutrofikasi juga meningkatkan perubahan populasi Cyanophyta, misalnya Oscillatoria rubescens.
c) Distribusi pada Laut
Kebutuhan akan nutrien merupakan bagian pada laut terbuka sehingga mempengaruhi flora normal. Jumlah bakteri saprofit pada berbagai bagian laut berbeda-beda. Hal ini karena perbedaan tempat dan fluktuasi musim. Jumlah bakteri saprofit pada suatu teluk lebih tinggi daripada laut terbuka. Pantai yang tercemar juga mengandung banyak bakteri soprofit karena mengandung bahan-bahan organik yang cukup tinggi, sedangkan jumlah bakteri saptofit biasanya rendah. Distribusi vertikal bakteri saprofit mencapai jumlah tertinggi pada zona eufotik, tetapi tidak pada zona atas dengan kedalaman 10-50 meter. Di bawah 200 meter hanya sangat kecil jumlah bakteri saprofit yang ditemukan, dan di bawah 1000 meter jumlah sangat sedikit.
Cyanophyta berperan penting sebagai fitoplankton di laut. Anggota dari genusTrichodesmium tersebar luas di perairan tropis. Cyanophyta tidak hanya dapat diobservasi dari zona fotik tetapi juga dapat diambil dari laut yang lebih dalam. Misalnya genus Nosctocdan spesies Dactyliococcopsi dari Samudera Indonesia dan Samudera Atlantik. Nosctoc planktonicum juga didapatkan pada kedalaman 1000 meter.
Distribusi Phycomycetes laut telah diteliti di luat utara dan laut Atlantik Tenggara. Jumlah tertinggi sebanyak 2000 fungi per liter didapatkan pada tanah di dekat laut terbuka. Perbedaan jumlah disebabkan pengaruh musim. Sedangkan distribusi yeast di laut juga telah dipelajari. Jumlah yeast relative tinggi dalam pantai yang banyak limbah. Walaupun demikian, yeast masih dapat ditemukan pada laut terbuka, misalnya di Samudera Indonesia pada kedalaman 2000 meter.
d) Distribusi pada Sedimen Perairan Dalam
Koloni mikroorganisme dalam jumlah besar bisa didapatkan dari lapisan atas lumpur suatu danau karena memiliki bahan organik yang tinggi. Keberadaan mikroorganisme tersebut dapat dihitung dengan hitung mikroskopik langsung. Jumlah bakteri yang ditemukan antara 1.000.000 sampai dengan beberapa ratus juta per gram lumpur. Jumlah bakteri saprofit secara umum sebanyak beberapa puluh ribu sampai beberapa ratus ribu per gram lumpur. Pada air yang tercemar didapatkan jumlah yang lebih besar.
Lumpur yang berisi bakteri dan bahan-bahan organik yang telah terurai dapat didapatkan dari kedalaman lumpur yang hanya beberapa sentimeter. Pada kedalaman 1 m jumlah bakteri hanya sedikit dibandingkan pada permukaan. Hampir dalam semua endapan danau, di samping Eubacteria, Actinomycetes juga dapat dideteksi. Jumlah Actinomycetes menurus sesuai dengan kedalaman. Demikian juga, jumlah fungi dalam lumpur danau juga menurun dengan meningkatnya kedalaman sedimen.
e) Distribusi pada Sedimen Laut
Bakteri dan fungi didapatkan juga dari sedimen laut seperti yang ditemukan pada laut dalam. Mikroorganisme dapat mengabsorbsi partikel-partikel dalam sedimen, sehingga hal ini salah satu kesulitan dalam hal menghitung jumlahnya. Jumlah total bakteri pada lapisan atas tergantung pada macam sedimen dan kedalaman air, yakni jumlahnya antara beberapa ratus ribu sampai beberapa puluh juta per cm3.
Jumlah bakteri saprofit dalam sedimen menurun karena terjadi penurunan bahan-bahan organik semakin ke dalam. Jumlah tertinggi bakteri dan fungi hampir semua didapatkan hanya dari beberapa sentimeter lapisan atas sedimen. Setiap 10 cm di bawah permukaan jumlah bakteri berkurang beberapa persen; di bawah 100 m dari permukaan sedimen jumlah bakteri dan saprofit menurun jauh.
0 comments :
Post a Comment